pos jaga

Latar Belakang

Setiap orang di Indonesia tahu tentang pos jaga, karena di setiap daerah di Indonesia terdapat pos jaga. Pos jaga berawal dari pos-pos penjaga, di zaman kolonial belanda, karena itu pos jaga berpungsi sebagai perpanjangan dari menara-menara dari kekuasaan kolonial untuk mengekang gerak gerik bumi. Fungsinya lebih mirip pos pengawasan terhadap pri bumi yang melewati daerah tertentu. Hal serupa juga terjadi ketika jepang bar kuasa di Indonesia.

Tapi sejak era kemerdekaan bekas pos-pos penjagaan belanda atau jepang di ambil alih oleh pri bumi, pengambil alihan itu disertai dengan perubahan fungsi. Bila pada era sebelumnya penguasa kolonial yang mengawasi pri bumi, maka sejak era kemerdekaan orang belanda atau jepang yang di awasi.

Pos jaga mengalami perubahan fungsi lagi di era presiden Suharto berkuasa. Pos jaga lagi-lagi menjadi perpanjangan tangan kekuasaan. Keadaan pos jaga mengukuhkan untuk militerisme dalam kemasan yang lebih sederhana dan merakyat. Suharto menerapkan pertahanan semesta yang berfungsi sebagai pendukung legi timasi kekuasaan dengan dali sistem kekuasaan.

IDENTIFIKASI MASA

Satpam (satuan pengamanan) adalah satuan kelompok petugas instansi atau badan usaha untuk melakukan keaman fisik (Physical Security) dalm rangka melakukan pengaman swakarsa dilingkungan kerjanya.

AKTIFITAS KEAMANAN :
  • Mencegah dan mendeteksi penyusup, kegiatan atau orang masuk secara tidak sah, vandalisme atau penerobosan di wilayah tempat bertugasnya.
  • Mencegas dan mendeteksi dari pencurian dan kehilangan.
  • Melindungi (pengawalan) orang terhadap bahaya fisik.
  • Melakukan control atau pengendalian pengaturan lalulintas (orang, kendaraan dan barangnya) untuk menjamin perlindungan.
  • Melakukan upaya kepatuhan, penegakan tata tertib, menerapkan kebijakan, peraturan kerja, dan taktik dalam rangka pencegahan tidak kejahatan.
  • Melapor dan menangani (TPTKP) terhadap pelanggaran.


JUMLAH PETUGAS DAN PEMBAGIAN TUGAS KERJA
  1. 1 Sef
  2. 1 Admin
  3. 52 Anggota
  4. 4 Shif

1 Shif dan 13 anggota di bagi :
  • 8 jam jaga pagi (06.00 – 14.00)
  • 8 jam jaga siang (14.00 – 22.00)
  • 8 jam jaga malam (22.00 – 06.00)

Dalam 1 minggu di tugaskan :
  • 2 hari jaga pagi
  • 2 hari jaga siang
  • 1 hari libur
Agar dapat menujukkan kinerja efektif, petugas satpam perlu fasilitas kerja :
  • Buku saku lapangan dan alat tulis untuk mencatat kegiatan, orang dan barang yang patut di curigai.
  • Senter untuk perondaan malam atau patroli di daerah yang minim pencahayaan.
  • Alat komunikasi dengan petugas lain atau meminta bantuan ketika keadaan darurat (Hp atau radio FRS/GMRS atau radio trunking).
  • Alat pelindung diri ketika bekerja di kawasan tertentu (Safety Helm, Safety shoes, Jas Hujan, Pentungan)
  • Seragam atau pakaian dinas sesuai dengan regulasi yang berlaku.

Karena pos jaga pada perumahan, maka satpam-satpam tertentu saja yang mempunyai fasilitas senjata api.


7 CIRI-CIRI DALAM ARSITEKTUR
  1. WUJUD
Merupakan karakter dasar yang muncul pada suatu benda, jadi dapat di uraikan pada pos jaga mempunyai wujud masing-masing mulai dari :
  • Atap
Atap pos jaga ini mempunyai wujud berupa persegi yang terbuat dari beton untuk melindungi penghuni terhadap ancaman dari luar.

  • Dinding
Dinding pos jaga ini mempunyai wujud berupa balok yang di bentuk simetris agar pengguna dari pos jaga tersebut dapat memantau wilayah sekitar.

  • Lantai
Lantai daru pos jaga ini berwujud seperti persegi dan di buat nyaman untuk pijakan saat bekerja.












  1. WARNA
Warna merupakan kualitas pancaran pigmen, pos jaga ini mempunyai warna yang menarik dank has karena di pengaruhi oleh lingkungan sekitarnya


  1. TEKSTUR
Tekstur merupakan karakter permukaan suatu benda. Tekstur pos jaga ini terdiri dari beberapa bagian yang memiliki masing-masing fungsi yaitu :
  • Atap pada pos jaga ini mempunyai tekstur yang halus karena berfungsi melindungi penghuni dari ancaman serta menyalurkan air hujan ke tanah.
  • Kolom pada pos jaga ini mempunyai tekstus yang halus sebagai tempat sandaran.
  • Lantai pos jaga ini mempunyai tekstur yang halus yang berguna sebagai pijakan dan menggunakan bahan anti slip agar mudah di pijaki.
  1. POSISI
Berdasarkan fungsinya pos jaga ini di tempatkan pada daerah akses masuk agar mempermudah pengawasan dan pengamanan wilayah sekitar.

Tata letak pos jaga disarankan :
  • Mudah dilihat
  • Mudah di jangkau
  • Berada di akses jalan masuk.

  1. ORIENTASI
Orientasi yaitu posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar dan arah mata angin, atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya.
Pos jaga ini mempunyai orientasi yang baik, karena berada di akses jalan masuk ke perumahan sehingga mempermudah pengamanan dan penjagaan.

  1. DIMENSI
Dimensi yaitu panjang, lebar, dan tinggi (Ukuran) pos jaga ini dibuat agar memudahkan pemantauan wilayah tersebut agar aman dari gangguan.

  1. INERSIA VISUAL
Inersia visual yaitu derajat konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk, tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya terhadap bidang dasar dan garis pandang.
Tingkat kestabilan pos jaga ini merupakan perpaduan antara perumahan atau lingkungan sekitar dengan pos jaga tersebut.



PERBANDINGAN
Pos jaga Perumahan Araya

Antara pos jaga perumahan Tidar dan pos jaga perumahan Araya, mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan :
  • Pos jaga perumahan Tidar
Berada pada tempat yang tinggi, sehingga mudah untuk memantau.
  • Pos jaga perumaha Araya
Memiliki satu akses jalan masuk, sehingga mudah untuk memantau.
Kekurangan :
  • Pos jaga perumahan Tidar
Banyak akses masuk menuju perumahan yang membuat keamanan melemah.
  • Pos jaga perumahan Araya
    Berada pada tempat yang jauh dari kompleks perumahan, sehingga sulit menjangkau daerah kompleks perumahan.

ARCHITECTURE MODERN

 Arsitektur Modern
Gambar 1.1A.1

Villa Savoye kepunyaan Le Corbusie, contoh arsitektur modern.

Arsitektur modern adalah suatu istilah yang diberikan kepada sejumlah bangunan dengan gaya karakteristik serupa, yang mengutamakan kesederhanaan bentuk dan menghapus segala macam ornamen. Pertama muncul pada sekitar tahun 1900. Pada tahun 1940 gaya ini telah diperkuat dan dikenali dengan Gaya Internasional dan menjadi bangunan yang dominan untuk beberapa dekade dalam abad ke 20 ini.

Asal dan karakteritis arsitektur modern sampai sekarang ini masih di perdebatkan dalam kalangan arsitek.

Beberapa sejarawan melihat perkemabang arsitektur modern sebagai perihal sosial yang kelat kaitannya terhadap pembaharuan dan keringanan, suatu hasil dari perkembangan sosial dan politis.

Arsitektur lainnya yang melihat gaya modern sebagai sesuatu yang di kendalikan oleh teknologi dan pengembangan produk dan dengan munculnya bahan-bahan yang dipakai dalam membangun gaya bangunan modern seperti material besi, baja, kaca dan beton menambahkan pengetahuan bahwa gaya modern adalah sebuah penemuan baru dalam bidanga Revolusi Industri. Pada tahun 1796, Shrewsbury dengan gaya desainnya ohwis yang ' tahan api', yang mana gaya ini bersandar pada besi cor dan batu bata. Konstruksi seperti itu sangat memperkuat struktur bangunan, yang memungkinkan mereka untuk mengakomodasi banyak mesin yang lebih besar.

Sejarawan lain menghormati pandangan moderen sebagai suatu reaksi melawan terhadap gaya ekletik dan mencurahkan perhatian mereka kepada gaya Jaman Victorian dan gaya Seni Nouveau.

Apapun yang menjadi penyebab pada tahun 1900 sejumlah arsitek di seluruh muka bumi mulai mengembangkan gaya arsitektur mereka beralih dari arsitektur yang klasik ( Gotik sebagai contoh) dengan berbagai kemungkinan teknologi baru. Arsitek Louis Sullivan dan Frank Llyod Wright di Chicago, Viktor Horta di Brussels, Antoni Gaudi di Barselona, Otto Wagner di Vienna dan Charles Rennie Mackintosh di Glasgow, dan masih banyak lagi arsitektur modern lainnya berusaha membangun gaya modern pada bangunan dengan meninggalkan gaya lama.
Contoh bangunan gaya modern

Contoh bangunan gaya modern
Gambar 1.1.2

Istana Kaca (1935) di belanda arsitektur Frits Peutz, dibuat dengan konsentrasi kaca dan baja

Sejak tahun 1920 yang paling terpenting dalam gaya bangunan adalah gaya arsitektur modern yang telah menetapkan reputasi mereka. Tiga arsitektur modern terbesar adalah Le Corbusier di Perancis, Mies van der Rohe dan Walter Gropius di Negara Jerman. Mies van der Rohe dan Gropius keduanya adalah arsitektur yang menangani gaya Bauhaus.

Arsitek Frank Llyod Wright sangat berpengaruh dalam perkembangan arsitektur modern di Eropa. Wright adalah salah satu dari sekian banyaknya arsitektur yang sangat berpengaruh dalam dunia perarsitekturan. Pada tahun 1932 didakan pameran MOMA, Pameran Internasional Arsitektur Modern, yang dilakasanakan oleh Philip Johnson dan kolaborator Henry-Russell Hitchcock.


Gambar 1.1.3

Gedung Skyceeper yang melambangkan arsitektur modern





Karakteristik Arsitektur modern pada umumnya adalah :

* Suatu penolakan terhadap gaya lama
* Suatu yang mengadopsi prinsip bahwa bahan dan fungsi sangatlah menentukan hasil dalam suatu bangunan.
* Suatu yang menyangkut tentang mesin
* Menolak adanya bordiran atau ukiran dalam bangunan.
* Menyederhanakan bangunan sehingga format detail menjadi tidak perlu.

Beberapa pendapat tentang arsitektur Modern :

o Bentuk mengikuti fungsi ( Form follows function ) yang dicetuskan oleh pemahat Horatio Greenough atau yang lebih dikenal sebagai Louis Sullivan
o Sedikit adalah lebih (Less is more) di umumkan oleh Arsitek Mies van der Rohe.
o Sedikit adalah lebih dan lebih adalah terlalu banyak (Less is more only when more is too much ) yang dikatakan oleh Frank Llyod Wright.
o Sedikit itu membosankan (Less is a bore) yang dicetuskan oleh Robert Venturi, pelopor arsitektur Postmodern sebagai jawaban atas Gaya Internasional yang tidak menarik yang dipopulerkan oleh Mies van der Rohe

Pelopor Arsitektur Modern adalah : Adolf Loos, Alvar Aalto, Frank Lloyd Wright, I. M. Pei, Le Corbusier, Louis Kahn, Louis Sullivan, Ludwig Mies van der Rohe, Oscar Niemeyer, Otto Wagner, Peter and Alison Smithson, Philip Johnson, Ralph Tubbs,Walter Gropius
International style

Gambar 1.8.1 a PerumahanWeissenhof Stuttgart, Jerman (1927)



 
Gambar 1.8.1 b
Perumahan Weissenhof Stuttgart, Jerman (1930)
Gaya internasional adalah suatu gaya arsitek yang sedang trend pada tahun 1920 dan 1930. istilah yang pada umumnya mengacu pada arsitek dan bangunan dari dekade pandangan perkembangan gaya modern, sebelum Perang dunia II. Istilah ini diambil dari suatu buku Henry Russell Hitchcock dan Philip Johnson yang mana mereka berdua dikenal sebagai penggolong arsitektur modern. Sebagai hasilnya, fokus jadilah lebih pada [atas] gaya penulisan aspek pandangan moderen. Dasar disain dari gaya internasional ini didasari pada prinsip arsitektur modern.

EROPA
Pada sekitar tahun 1900 sejumlah arsitek di seluruh bumi mulai mengembangkan solusi arsitektur untuk mengintegrasikan sesuatu yang dapat dijadikan teladan tradisional dengan menuntut kehidupan sosial yang baru dan berbagai kemungkinan teknologi. Arsitek Victor Horta dan Van henry de Velde di Brussels, Antoni Gaudi di Barselona, Otto Wagner di Vienna dan Charles Rennie Mackintosh di Glasgow, di antara sekian banyaknya arsitek yang melakukan perjuangan untuk mengembangkan gaya lama ke gaya baru.
Arsitek yang mendukung adalah :
* Alvar Aalto
* Welton Becket
* Le Corbusier
* Walter Gropius
* Philip Johnson
* Louis Kahn
* Ludwig Mies van der Rohe
* Richard Neutra
* Oscar Niemeyer
* Frits Peutz
* Gerrit Rietveld
* Rudolf Schindler 

  Amerika



Yang paling bekerja keras dalam mempelopori arsitektur modern yang mengarah ke penyederhanaan, kejelasan dan kejujuran bisa diidentifikasi pada arsitek amerika periode yang sama, yaitu arsitek Louis Sullivan di Chicago, dan west-coast tempat kediamannya Irving Gill. Frank Lloyd Wright'S pada tahun 1900 dan 1910 secara paralel mempengaruhi pekerjaan dari Arsitektur Eropa, tetapi ia menolak untuk di golongkan sebagai arsitektur eropa

Istilah Gaya Internasional datang pada tahun 1932 di sebuah pameran di mesium tentang Seni Modern, di ketuai oleh Philip Johnson, dan dari judul katalog pameran tersebut. Di tulis oleh Johnson dan Henry Russell Hitchcock. Bangunan yang dipamerkan adalah bangunan pada tahun 1922 sampai 1932. Johnson menamakan , menyusun, mempromosikan dan kerumitan yang ditemuinya pada arsitektur klasik menjadi suatu yang lebih sederhana dan memposisikan gaya itu sebagai gaya internasinal atau regional sehingga dikenanl dengan sebagian orang banyak menjadi gaya internasional style.

Setelah Perang dunia II, Gaya Internasional lebih mendewasakan ke dalam pandangan moderen, HOK dan SOM menyempurnakan gaya itu menjadi pendekatan yang dominan untuk dekade gaya modern.

Gaya Internasional yang khas pada umumnya terdiri dari berikut:

1. Bentuknya segi-empat atau penyiku.

2. Berbentuk kubus sederhana " segiempat panjang yang menekan"

3. Jendela yang berjalan di atas garis horisontal dan membentuk suatu garis beraturan.

4. Semua bagian muka gedung penjuru bersudut 90 derajat dan bertingkat

                   Arsitektur Organik

Gambar 1.9.1
Air Terjun oleh Frank Llyod Wright

Arsitektur organik adalah suatu filosofi arsitektur yang mempromosikan keselarasan antara tempat tinggal manusia dan dunia alam melalui disain mendekat dengan baik pada lokasi bangunan, perabot, dan lingkungan menjadi bagian dari suatu komposisi dan dipersatukan juga saling berhubungan. Arsitek Gustav Stickley, Antoni Gaudi, Frank Lloyd Wright, Louis Sullivan, Bruce Goff, Rudolf Steiner, Bruno Zevi dan Anton Alberts adalah semua arsitektur terkenal dalam arsitektur organik.

Suatu contoh yang terkenal tentang arsitektur organik adalah Fallingwater, tempat kediaman Frank Lloyd Wright dirancang di kleuaraga kaufmann di Pedesaan Pennsylvania. Wright mempunyai banyak aneka pilihan untuk menempatkan suatu rumah pada lokasi tanah pedesaan yang besar, tetapi memilih untuk menempatkan rumah secara langsung di atas air terjun dan lokasi yang curam itu.

Ahli teori David Pearson mengusulkan daftar aturan ke arah perancangan suatu arsitektur organik. Dikenal sebagai Gaia Piagam untuk arsitektur dan desain organik. Isinya adalah :
• biarkan desainnya.
• Diilhami dari alam
• Membantang pada suatu oganisme
• Mengikuti arus dan menyesuaikan diri
• Mencukupi kebutuhan sosial, fisik dan rohani
• Tumbuh keluar dan unik
• Menandai jiwa muda dan kesenangan
• Mengikuti irama



        Arsitektur Post modern

Postmodernity atau postmodern arsitektur adalah suatu periode yang muncul pada tahu 1950. Postmodern di dalam arsitektur biasanya bergaya jenaka dan menempatkan ukiran pada bangunannya sebagai jawaban atas gaya internasional yang resmi.

Contoh yang klasik tentang arsitektur modern adalah Lever House dan bangunan Seagram dalam ruangan komersil. dan arsitektur Frank Llyod Wright dalam gaya Bauhaus. Contoh postmodern arsitektur adalah Bagunan Portland di Portland OP,dan bangunan Sony ( New York ) yang meminjam acuan dan unsur-unsur dari masa lalu dan mengajukan lagi simbolisme dan warna klasik ke dalam arsitektur. Suatu contoh inspirasi utama untuk postmodern arsitektur dan bangunan gaya ini berada sepanjang Las Vegas di pelajari oleh Robert Venturi pada bukunya tentang Las Vegas.


Gambar 1.10.1

Ragam Persepsi Tentang Arsitektur

Beberapa hari yang lalu seorang teman bertanya pada saya.. “Apa sebenarnya arsitektur..?? ” Tanpa mendefinisikan secara eksplisit saya langsung menjawab.. “Arsitektur adalah seni, budaya, simbol, ruang, dan berhubungan dengan apapun yang berada disekitar manusia”. Kemudian teman saya melanjutkan pertanyaannya, “kenapa arsitektur bisa dikatakan simbol..?” Kemudian saya katakan.. “ada kalanya saat seorang baik arsitek ataupun bukan arsitek membuat sebuah sketsa, maka hasil dari sketsa tersebut akan langsung menunjuk pada sesuatu baik itu tempat, arah, tujuan, dsb”. Contoh sederhana nya adalah jika saya membuat sketsa bentuk segitiga, maka beberapa orang mungkin saja dapat langsung menebak bahwa itu adalah simbol dari piramida di Mesir. Atau ketika saya menggambar sketsa tanda panah ke kiri/ke kanan maka sebagian yang lain akan mengerti itu menunjukkan arah/tempat yang akan dituju.


Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture), berarti seni dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = tukang, maka architecture adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan.
Menurut O’Gorman (1997) dalam ABC of Architecture, arsitektur lebih dari sekedar suatu pelindung. Arsitektur bisa jadi merupakan suatu wujud seni, namun memiliki perbedaan, yaitu arsitektur menggunakan seni sebagai sesuatu yang penting untuk digunakan sebagai interior.
Menurut Le Corbusier: ”architecture is the masterly, correct and magnificient play of masses seen in light. Architecture with a capital A was an emotional and aesthetic experience”.
Pada masyarakat awam, mereka lebih memahami arsitektur sebagai sesuatu yang berhubungan dengan merancang bangunan. Oleh karena itu seringkali mereka mengaitkan arsitektur dengan bangunan dan tempat tinggal. Sebenarnya pemahaman mereka tidak salah, hanya saja masih belum tepat, karena arsitektur mencakup banyak hal tidak hanya merancang bangunan. Dan arsitektur pun dapat dimanifestasikan dalam berbagai hal, seperti arsitektur sebagai sebuah simbol, arsitektur sebagai sebuah ruang, dan sebagainya. Akan sulit memang bagi mereka untuk dapat memahami arsitektur dengan benar-benar tepat, karena seperti yang saya ungkapkan pada paragraf sebelumnya, arsitektur merupakan sesuatu yang kompleks. Bahkan bagi orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur pun belum tentu dapat mendefinisikan arsitektur dengan tepat, meskipun mungkin mereka sudah lama berkecimpung di bidang tersebut.
Sketsa Eiffel Tower sebagai simbol dari kota Paris di France

Sketsa Segitiga sebagai symbol dari pyramid di Mesir

Sketsa Opera House sebagai simbol dari kota Sydney di Australia

Sketsa Burj al Arab sebagai simbol dari kota Dubai di UEA

Sketsa Taipei 101 sebagai simbol dari kota Taipei di Taiwan

Sketsa Shanghai World Finance Center sebagai simbol dari kota Shanghai di China

Bagi orang yang berkecimpung di bidang arsitektur umumnya pemahaman mereka mengenai arsitektur berbeda dengan masyarakat awam. Mereka pun umumnya lebih dapat memandang arsitektur secara luas dan lebih terbuka. Banyak dari mereka yang berpendapat bahwa arsitektur merupakan bagian dari kehidupan, yang mencakup segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan dekat dengan manusia. Konsep tersebut lebih dikenal sebagai konsep Architectural Everyday. Dan karena arsitektur berhubungan dengan yang ada di sekitar dan dekat dengan kehidupan manusia, maka arsitektur berhubungan pula dengan ruang dan perasaan. Oleh karena itu arsitektur tidak selalu hanya bangunan, apa pun bisa saja merupakan suatu bentuk arsitektur, contohnya musik. Mungkin bagi masyarakat awam akan heran bila mendengar hal tersebut. Mereka mungkin akan bertanya, ”mengapa musik bisa menjadi bagian dari arsitektur?”
Untuk menjawab hal tersebut, Rasmussen (1964) dalam Experiencing Architecture mengemukakan bahwa arsitektur bukan hanya yang dapat dilihat dan diraba saja, yang didengar dan dirasa pun merupakan bagian dari arsitektur. Melalui pendengaran kita dapat menggambarkan sesuatu yang berhubungan dengan bentuk dan material. Pendengaran pun dapat mempengaruhi perasaan seseorang. Pada musik, di dalamnya ada irama yang dapat membawa suasana hati seseorang. Dan dengan mendengarkan irama tersebut muncul interpretasi yang mungkin akan berbeda antara orang yang satu dengan yang lain. Interpretasi itu secara tidak langsung akan mengarah ke suatu kualitas ruang. Meskipun hasil interpretasi tersebut bersifat maya, namun jika sudah dapat menginterpretasikan sebuah kualitas ruang , berarti sebenarnya secara tidak sadar kita sudah membentuk sebuah ruang di alam bawah sadar kita. Hal itu sama seperti arsitektur pada bangunan yang real, yang di dalamnya ada ruang dan memiliki kualitas ruang. Maka dari itu musik juga merupakan bagian dari arsitektur.
Selain musik, masih banyak hal lain di sekitar kita yang merupakan bagian dari arsitektur, baik yang sifatnya maya maupun nyata. Namun Paul Shepheard (1999), mengungkapkan bahwa architecture is not everything, Ia mengatakan, “So when I say architecture is not everything. I mean that there are other things in life and simultaneously. I mean that there are things that are not architecture, but which fit round it so closely that they help to show it is“.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa di sekitar kita ada yang merupakan arsitektur ada pula yang bukan. Dan keduanya berada bersamaan, sehingga seringkali kita sulit untuk membedakan antara keduanya. Contohnya rambu lalu lintas berupa penunjuk jalan. Apakah itu bentuk arsitektur atau bukan? Tentu akan ada perbedaan pendapat mengenai hal tersebut, karena memang tidak ada ketentuan khusus dan pasti antara keduanya.
Pada masyarakat awam, umumnya mereka menganggap rambu tersebut bukan bentuk arsitektur. Namun tidak menutup kemungkinan orang-orang yang berkecimpung di bidang arsitektur pun ada yang berpendapat demikian. Mereka umumya menganggap bahwa rambu yang merupakan sebuah tanda hanyalah berarti sebagai sebuah tanda biasa. Namun, bagi beberapa orang lain mereka tidak setuju dengan pendapat tersebut. Menurut mereka tanda merupakan bagian dari arsitektur, maka dari itu disebut sebagai bentuk arsitektur. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Derrida pembahasannya mengenai deconstruction, yang lebih menyangkut pembahasan mengenai text. Menurutnya, text (tanda) bukan merupakan instansi independen, setiap tanda menunjuk pada tanda-tanda lain. Dan keberadaan tanda berhubungan dengan ada dan hadirnya sesuatu. Dalam konteks ini, tanda tersebut adalah rambu yang menunjuk kepada keberadaaan yang lain, yang akhirnya akan membentuk suatu jaringan. Dan hal tersebut merupakan bagian dari arsitektur, karena dalam arsitektur pun tidak ada sesuatu yang bisa berdiri sendiri, semuanya saling berhubungan, bahkan dapat membentuk sebuah jaringan.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, arsitektur berhubungan dengan sesuatu yang ada di sekitar manusia dan erat kaitannya dengan kehidupan manusia, baik maya maupun nyata. Dan terkadang, kita sulit untuk dapat membedakannya. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur tidak bisa dilepaskan dengan segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Wigglesworth dan Till (1998), “issue of Architectural Design attempts to capture the fragility of that distorted reflection, where image and reality blur”. Lebih lanjut Wigglesworth dan Till juga mengungkapkan : “we explicitly acknowledge the everyday as a productive context for the making, occupation, and criticism of architecture”.
Sesuatu yang merupakan suatu bentuk arsitektur pun bisa jadi merupakan sesuatu yang tidak kita sadari, tapi dekat dengan kehidupan kita, contohnya mengenai ugly and beauty. Banyak diantara kita yang menganggap kedua hal tersebut sebagai suatu keadaan yang memang ada dalam kehidupan, tapi bukan sebagai bentuk arsitektur. Ternyata pandangan mereka salah, kedua hal tersebut merupakan bagian dari arsitektur, tepatnya lebih kepada sense. Meskipun kedua hal tersebut sifatnya relatif, namun dalam arsitektur rasa akan sesuatu sangat penting artinya. Terutama bila hal tersebut berhubungan dengan sesuatu yang akan dihasilkan oleh seorang arsitek.
Dari semua pembahasan di atas menunjukkan bahwa arsitektur merupakan sesuatu yang kompleks, mulai dari asal mulanya sampai dengan definisinya. Dan dalam arsitektur subjektifitas memang menjadi sesuatu yang sering terjadi. Bahkan dalam pendefinisian mengenai arsitektur itu sendiri pun pandangan subjektif dari tiap orang menjadi penting, maka dari itu sulit untuk dapat benar-benar mendefinsikan arsitektur. Dan seperti yang sudah dijelaskan juga, arsitektur memang memiliki keterkaitan yang cukup kuat dengan kehidupan manusia. Dan hal tersebut jarang disadari oleh kita, sehingga wajar jika banyak yang beranggapan bahwa arsitektur hanya sekedar merancang bangunan, sementara di luar itu bukan merupakan bentuk arsitektur. Oleh karena itu kita perlu berpandangan terbuka jika ingin memahami arsitektur dengan baik.

Kajian Historis Kota Malang

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KOTA MALANG:
Kajian Historis Kota Malang
Respati Wikantiyoso
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Merdeka Malang
1. Pengantar
Kota akan selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan sosial-budaya, ekonomi dan politik yang melatar belakanginya. Perencanaan dan perancangan kota sebagai pengendali perkembangan kota sebagai proses formal, membawa implikasi pola morfologi kota.
Kota sebagai “Urban Artifact” dalam perjalanan sejarahnya telah dan akan terus membentuk suatu pola morfologi sebagai implementasi bentuk perubahan sosial budaya masyarakat yang membentuknya. Morfologi kota merupakan kesatuan organik elemen-elemen pembentuk kota yang didalamnya mencakup aspek detail (bangunan, sistem sirkulasi, open space, dan prasarana kota), aspek tata bentuk kota/ “townscape” (terutama pola tata ruang, komposisi lingkungan terbangun terhadap pola bentuk disekitar kawasan studi); dan aspek peraturan (totalitas rencana dan rancangan kota yang memperlihatkan dinamika kawasan kota).
Mempelajari pasang-surut perencanaan dan perancangan kota dapat dilakukan melalui studi morfologi kota. Studi morfologi merupakan studi mencari perkembangan bentuk, dalam hal ini bentuk fisik arsitektural kawasan kota. Perkembangan bentuk fisik kota terjadi melalui dua proses yakni; “proses formal” (melalui proses planning dan design), dan “proses organis” (proses yang tidak direncanakan dan berkembang dengan sendirinya). Dalam studi ini, bentuk morfologi yang akan dikaji adalah morfologi sebagai suatu proses formal. Morfologi kota terbentuk melalui proses yang panjang, setiap perubahan bentuk kawasan secara morfologis dapat memberikan arti serta manfaat yang sangat berharga bagi penanganan perkembangan suatu kawasan kota. Dengan mempelajari morfologi suatu kawasan kota, kiranya “Cacat Morfologis” suatu kawasan kota dapat terhidari karena proses belajar dari pengalaman kegagalan dan keberhasilan masa lampau merupakan salah satu “proses” pembentukan morfologi suatu kawasan kota.
Perkembangan kota di Indonesia mempunyai kecenderungan menghilangkan ciri “identitas”- nya, sehingga kota-kota kita kehilangan karakter spesifiknya yang memunculkan “ketunggal- rupaan” arsitektur kota (Eko Budiarjo,1982). Hal ini disebabkan oleh diabaikannya aspek kesejarahan pembentukan kota sehingga kesinambungan sejarah kawasan kota seolah terputus sebagai akibat pengendalian perkembangan yang kurang memperhatikan aspek morfologi kawasan, demikian halnya dengan kota Malang. Sebagai kota yang berkembang dari cikal bakal kota kolonial Belanda, Malang syarat akan bentukan fisik (tata lingkungan, bangunan), yang mempunyai nilai historis dan arsitektur yang dapat menjadi bukti pernah populer suatu mahzab tata kota dan arsitektur tertentu (masa kolonial) yang dapat diangkat sebagai karakter spesifik kawasan kota Malang.
Unsur lingkungan alam kota Malang sangat dominan, serta bentukan lingkungan buatan (bangunan dan elemen tata kota) dan kehidupan masyarakat telah memeberikan citra spesifik kota Malang
Pembahasan beberapa bentuk pola tata kota dan arsitektur bangunan yang merupakan sebagian hasil penelitian yang penulis pernah lakukan dengan judul “Studi Morfologi Kawasan Pusat Kota Malang: Kajian Bentuk dan Tata Ruang”.
2. Perkembangan Kota Malang
Malang sebagai kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya, letak goegrafis kota Malang 70 57″ lintang selatan dan 1120 37″ bujur timur, dengan ketinggian + 505 meter di atas permukaan air laut. Keadaan topografi kota berbukit-bukit, dengan distribusi kemiringan yang berbeda antara kawasan satu dengan kawasan lainnya. Malang mempunyai iklim tropis lembab dengan curah hujan yang relatif tinggi, dan suhu yang cukup dingin. Dalam wilayah kota Malang terdapat beberapa aliran sungai seperti; Sungai Brantas, Sungai Bangau, Sungai Amprong, dan Sungai Metro yang membelah kota malang menjadi beberapa kawasan kota.
Kondisi topografi yang demikian sedikit banyak akan mempengaruhi perkembangan kota. Perkembangan kota Malang relatif sangat pesat, hal ini dapat ditelusuri dari perkembangan pola pemanfaatan ruang kota Malang. Stadia perkembangan kota Malang dapat dilihat dari data penggunaan ruang kota sebagai berikut; tahun 1887 luas area terbangun belum dapat ditentukan luasnya, tahun 1914 pada tahun ini kota malang ditetapkan sebagai Stadsgemeente (Kotapraja), mempunyai luas area terbangun 1503 Ha; Pada tahun 1934 luas area terbangun 1882 Ha; dan tahun 1938 masih dengan luas yang sama yakni 1882 Ha (lihat Gambar IV-2).
Gambar IV-2 : Stadia Perkembangan Kota Malang (Sumber: Stadsgemmente Malang 1914-1939)
3. Tinjauan Historis Kota Malang
Perkembangan kota Malang tidak terlepas pasang-surut perkembangan kehidupan sosial-budaya, ekonomi, dan politik yang melatar belakanginya. Dari catatan sejarah kota Malang (50-tahun kotapraja Malang), disebutkan bahwa di Malang pernah ada kerajaan Kanjuruhan pada abad ke-VIII , hal ini diketahui dari diketemukannya prasasti Dinoyo yang berangka tahun 682 caka (Nayana Vasurasa). Pengaruh-pengaruh kerajaan besar di Jawa seperti Majapahit dan Mataram juga memberikan peran dalam perkembangan Kota Malang.
Sebelum pemerintahan Belanda masuk kota Malang (1767), Malang dipimpin oleh Adipati Moloyo Kusumo. Setelah Belanda menguasi Malang, kemudian mendirikan pertahanan di sekitar kali Brantas yang selanjutnya mulai membangun Loge (lodji) sebagai tempat tinggal orang Balanda, sehingga daerah tersebut dikenal dengan nama “Klodjen”, dari kata “Kalodjian”.
Secara kronologis pendudukan pemerintahan kolonial Belanda di Malang dapat diuraikan sebagai berikut (50 Th Kotapraja Malang, 1964, h-14):
*1767 Kompeni menduduki Malang.
*1821 Kedudukan Pemerintah Belanda dipusatkan di sebelah Kali Brantas.
*1824 Malang mempunyai Asisten Residen.
*1882 dibangun “Loji” perumahan belanda.
*1914 Malang ditetapkan sebagai Kotapraja (stadsgemeente).
*1918 Pembentukan dewan kota.
*1919 Burgemeester pertama dilantik.
*1930 Perubahan desa menjadi dinas pemerintahan lingkungan.
*1931 Wethouder dibentuk (3 orang).
*1938 Jumlah Wethouder ditambah 1 orang (4 orang).
*7 Maret 1942 Kekuasaan Belanda di Kotapraja Malang berakhir.
Pada awal pendudukan Belanda, masyarakat Eropa (Belanda) pada waktu itu masih tinggal di dalam benteng demi pertimbangan keamanan. Dengan semakin berkembangnya daerah Malang serta makin kuatnya kekuasaan Balanda di Malang maka pada tahun 1824 Malang memiliki Asisten Residen, hal ini berdampak semakin menyempitnya kekuasaan Bupati (adipati). Mulai 1 April 1914 Malang ditetapkan menjadi Kotapradja dengan residen J.C Hoffman. Tujuan utama penetapan kotapradja Malang adalah menjamin tempat kehidupan yang baik, sehat dan menarik bagi masyarakat Eropa (Belanda), sehingga praktis semua kebijaksanaan pengembangan kota ditujukan bagi kepentingan masyarakat Belanda. Memang perkembangan kota Malang menjadi pesat (lihat analisa stadia perkembangan) perkembangan ini juga berdampak pada pertambahan penduduk Malang, sebagai gambaran pada tahun 1914 penduduk Malang 46.500 (pribumi : 40.000, Asing Asia : 4.000, Eropa : 2.500 orang), pada tahun 1942 penduduk Malang mencapai 22.014 ( pribumi: 178.257, asia: 24.372, Eropa: 9.385 mengalami penurunan dari 13.869 pada tahun 1940).
4. Bentuk Morfologi Kota Malang
Dengan ditetapkannya Malang menjadi Kotapradja pembangunan kota semakin pesat, Pengadaan waterlaideng, aniem (listrik), pengembangan sarana perhubungan (kereta api sejak 1819) “Malang Stoomtram Maatschappij”, Hotel, Rumah sakit Malangsezieken verpleging” (sekarang lavalette dan Soepraoen) dan sebagainya. Akan tetapi kesemuanya terutama untuk kepentingan masyarakat Belanda sedangkan bagi masyarakat “bumiputra” hanya kalangan tertentu saja yang dapat memanfaatkannya.
Dengan ditetapkan menjadi kotapradja, praktis kedudukan bupati menjadi sempit bahkan dibatasi hanya mengurus orang “bumiputra”, Keadaan demikian memang diciptakan oleh Belanda. Demikan halnya dengan pusat pemerintahan, pusat kota yang sebelumnya di Alun-alun dialihkan untuk mengurangi kewibawaan bupati dengan menciptakan “alun-alun bunder” sebagai tandingan, dengan Balaikota sebagai pusatnya.
Rencana kota Malang 1920, yang dibuat oleh Ir Thomas Kartsen, merupakan fenomena baru bagi perencanaan kota-kota di Indonesia, kaidah-kaidah perencanaan modern telah memberikan warna baru bagi bentuk tata ruang kota, seperti penggunaan pola boullevard, bentuk-bentuk simetri yang menonjol dan sangat disukai pada periode renaisance.
Pengembangan kawasan pusat kota dengan banguan bergaya Art deco, munculnya bangunan “sudut” seperti di perempatan PLN, dan bangunan “kembar” di perempatan Kayutangan serta hadirnya bangunan-bangunan bermenara menandai era baru arsitektur perkotaan di Malang.
Bentuk dan tata ruang pusat kota yang terbentuk pada masa pemerintahan Belanda, yang lebih ditujukan bagi kepentingan politis pemerintahan belanda (mengutamakan masyarakat Belanda), ternyata telah menghasilkan bentukan morfologi kota yang cenderung meniru bentuk-bentuk arsitektur gaya Eropa (baca:barat) seperti Art Deco, Renaisance, Baroqe dan sebagainya. Dalam konteks historis sebenarnya keberadaan bangunan peninggalan Belanda merupakan potensi (asset) yang dapat dikembangkan bagi perkembangan arsitektur kota Malang. Melalui aturan-aturan “produk” kolonial, ternyata telah memberikan “warna” pada bentukan fisik lingkungan baik gaya arsitektur maupun pola-pola tata ruang yang terbentuk.
Bentuk morfologi kawasan tercermin pada pola tata ruang, bentuk arsitektur bangunan, serta elemen-elemen fisik kota lainnya pada keseluruhan konteks perkembangan kota. Perkembangan selanjutnya, kekuatan domain ekonomi, sebagai akibat cepatnya pertumbuhan ekonomi telah membawa implikasi perubahan pada karakter dan bentuk morfologi kawasan pusat kota Malang. Disisi lain, pengendalian perkembangan kawasan pusat kota tidak memperhatikan konteks kesejarahan pembentukan kota, sehingga seperti halnya kota besar lainnya, kota Malang-pun mempunyai kecenderungan kehilangan karakter spesifiknya dan muncul karakter “ketunggal rupaan” arsitektur kota (Eko Budiardjo,1982), sehingga kesinambungan kesejarahan kawasan seolah terputus sebagai akibat pengendalian perkembangan yang kurang memperhatikan aspek morfologis kawasan.
5. Penutup
Kota Malang telah berkembang dengan pesat sejalan dengan Latar belakang sosial, budaya eekonomi serta politik pada waktu periode kolonial tersebut dengan berbagai motivasi pengaturan, pemerintah Belanda banyak melakukan “intervensi” fisik. Melalui aturan-aturan “produk” kolonial, ternyata telah memberikan “warna” pada bentukan fisik lingkungan pusat kota Malang baik dalam bentuk gaya arsitektur maupun pola-pola tata ruang yang terbentuk. Bentuk morfologi kawasan tercermin pada pola tata ruang, bentuk arsitektur bangunan, serta elemen-elemen fisik kota lainnya pada keseluruhan konteks perkembangan kota.
Melalui studi morfologi sebenarnya dapat ditelusuri proses perkembangan, dan segala aspek yang melatar belakanginya, dengan demikian sebenarnya dapat dikaji kegagalan dan keberhasilan penanganan fenomena perkembangan kota dimasa lalu yang dapat menjadi pelajaran/acuan bagi pengendalian perkembangan pada pembangunan kota di masa mendatang.